Belajar dari Fenomena Alam

Apa yang bisa dilakukan siswa-siswa di sekolah menyaksikan sanak saudara se tanah air nun jauh di sana terkena musibah gempa bumi ?. Terharu, prihatin, dan empati itulah reaksi yang pertama dilakukan. Selanjutnya siswa-siswa yang menjadi pengurus OSIS masuk kelas dengan membawa kardus untuk meminta sumbangan ke teman-temannya. Recehan, ribuan, bahkan puluhan ribu disumbangkan oleh setiap siswa. Dan uang itu selanjutnya disumbangkan melalui pihak terkait. Dan dipihak lain, dengan dipimpin guru agama semua komunitas sekolah sholat ghaib dan berdoa bersama.
Lalu bagaimana jika bencana menimpa siswa-siswa kita?. Apa yang harus kita ajarkan kepada siswa dalam menyikapi musibah dahsyat gempa bumi?. Pertanyaan – pertanyaan itu penting untuk dikemukakan sebagai bentuk pendidikan preventif atas fenomena alam yang destruktif. Sudah saatnya pendidikan kita berdialektika dengan alam. Mimpi-mimpi untuk mengejar teknologi atau meraih nobel memang penting, namun berdialektika dengan alam juga tak kalah penting. Yang sering menjadi persoalan adalah bagaimana mengajarkan pendidikan preventif itu karena gempa bumi datang tak pernah memberi kabar.
Sejatinya banyak cara untuk mengajarkan kepada siswa tentang pendidikan preventif itu. Gempa yang sudah berkali-kali terjadi (dalam skala yang besar) dan menelan banyak korban harta dan nyawa itu sejatinya dapat dijadikan fenomena untuk dibedah. Kumpulan berita dalam berbagai media dapat dijadikan sebagai bahan untuk ditelaah dan dikaji.
Banyak sajian yang bermutan keilmuan yang dapat dijadikan pelajaran. Antara lain berupa riwayat kegempaan suatu tempat (mitigasi bencana), bangunan tahan gempa, prosedur menyelamatkan diri, tata cara mengelola bantuan, pertolongan pertama pada korban, dan yang tak kalah penting adalah menghayati meta nilai atas peristiwa gempa bumi itu.
Dengan belajar mitigasi bencana maka akan menyadarkan posisi siswa pada letak geografisnya. Ibarat aktor maka harus ada sikap sadar panggung. Dengan memahami letak geografisnya maka akan tahu dimana posisi yang paling aman untuk dituju ketika terjadi gempa bumi. Kesadaran akan posisi ini dapat diperluas diberbagai tempat. Misalnya jika tinggal dihotel harus tahu mana jalan pintas untuk menyelamatkan diri, jika di sekolah jalan mana yang paling mudah menuju daerah yang aman, dan lain sebagainya.
Mitigasi bencana ini juga dapat dijadikan bekal kelak kemudian hari jika siswa sudah lulus dan tinggal di luar kota. Siswa menjadi tahu ada tidaknya potensi gempa di wilayah baru yang ditempati. Jika ada maka siswa menjadi tahu apa yang mesti dilakukan. Tahu bagaimana bangunan harus didesain agar tahan gempa dan tahu titik mana yang harus dituju ketika terjadi gempa.
Pelajaran selanjutnya yang dapat diambil adalah bagaimana mengelola bantuan jika ada. Siswa dapat menelaah beberapa kasus pemberian bantuan yang tidak terdistribusikan dengan lancar. Siswa dapat mencari apa penyebab ketidaklancaran itu. Siswa juga dapat mempelajari kira-kira bantuan apa yang pertama kali sangat dibutuhkan. Tenda, makanan instan, obat-obatan atau yang lainnya. Jenis bantuan tersebut tentu bervariasi sesuai kebutuhan yang paling mendesak.
Jika bantuan yang pertama dibutuhkan adalah tenda maka pelajaran yang perlu disiapkan adalah bagaimana mendirikan tenda yang aman dan nyaman. Pelajaran ini mengingatkan kepada kita betapa pentingnya pelajaran tali temali di Pramuka yang sering kita nafikkan. Jika yang diperlukan adalah makanan instan maka yang perlu diperhatikan adalah ada tidaknya alat masak sehingga makanan instan yang dibutuhkan dapat dipilih sesuai kondisi.
Pelajaran selanjutnya adalah bagaimana menangani korban?. Apa yang mesti dilakukan, siapa yang mesti dihubungi. Dalam konteks ini maka mengenal lingkungan sangat penting. Tahu siapa yang berprofesi sebagai tenaga medis di lingkungan kita, di mana puskesmas terdekat yang bisa dijangkau, dan pengetahuan tentang PPK juga sangat penting.
Pelajaran lain yang bisa diajarkan adalah bagaimana menjadi relawan. Apa saja syaratnya, keterampilan apa yang diperlukan, dan prosedur apa yang mesti ditempuh perlu disosialisasikan dalam pendidikan preventif sehingga menggugah kesadaran kepada siswa kita betapa pentingnya sikap saling tolong-menolong.
Dan dari semua pelajaran di atas, yang tak kalah pentingnya adalah menghayati meta nilai atas fenomena itu. Dalam konteks guru agama, fenomena itu dapat dijadikan sebagai peringatan dari Sang Khaliq kepada manusia. Dari peringatan itu maka sikap yang perlu diambil adalah instropeksi diri secara kolektif. Selanjutnya guru juga harus meluruskan pemahaman siswa yang mulai tergerus oleh ramalan para futurolog yang menyatakan bencana itu sebagai serentetan kejadian untuk menuju kiamat yang sudah diprediksikan terjadi pada tahun 2012. Guru harus menjelaskan dengan logika dan pendekatan tekstual yang dapat menguatkan persepsi siswa. Meluruskan pemahaman ini penting agar siswa tidak pesimis terhadap masa depan hidupnya.
Fenomena alam adalah teks yang multi tafsir. Bergantung pada siapa yang menafsirkan. Bagi pendidik yang berkecimpung dalam ranah rasionalitas dan religius tentu harus mengajarkan siswanya dalam dua perspektif, yakni perspektif ilmiah sebagai gejala alam dan perspektif religius sebagai ujian dan peringatan Sang Khaliq kepada makhluknya.
Fenomena alam memang tak bisa dihindarkan, namun belajar atas fenomena alam setidak-tidaknya akan memberi pelajaran kepada siswa dalam bersikap dan bertindak.Dan belajar memahami atas fenomena itu menjadikan siswa kita menjadi generasi yang penuh pengharapan.

About Me

My photo
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Saya adalah seorang pendidik, alumni pasca sarjana dalam bidang pemikiran pendidikan. Essay-assay saya dipublikasikan di Kompas Jateng, Suara Merdeka, Gerbang, Rindang, Media Pembinan, detik.com, okezone.com Pernah Menjuarai penulisan ilmiah kelompok guru di harian Kedaulatan Rakyat, menjadi finalis lomba inovasi pembelajaran di UNNES, dan menjadi pemakalah terpilih dan pembicara dalam Konferensi Guru Indonesia tahun 2007. Tahun 2008 menjadi pemakalah dalam International conference on lesson study di Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2009 terpilih sebagai penerima dana bantuan penulisan dari PUSBUK. Tahun 2010 menjadi pemenang harapan 3 lomba media pembelajaran tingkat nasional .Buku: 1. Kebijakan Publik Bidang Pendidikan.2. Profil Guru SMK Profesional 3. Editor buku Sejarah Kebudayaan Islam