Antara Kognitif dan Metakognitif

ANTARA KOGNITIF DAN METAKOGNITIF

Barnawi

Dalam pembelajaran, kata kognitif selalu dikaitkan dengan ranah psikomotorik dan afektif. Ranah kognitif dipandang sebagai ranah yang paling sederhana, sekedar hafalan atau pengertian secara redaksional. Sedangkan ranah psikomotorik disederhanakan sebagai skill yang bersifat prosedural, dan afektif diidentikkan dengan value, nilai yang tercermin dari perilaku. Domain kognitif sesungguhnya tidak sedemikian sederhana, di dalamnya terkandung apa yang dinamakan cognitive strategies (strategi kognitif) yang merupakan kemampuan tertinggi dari domain kognitif.

Strategi kognitif menurut Gagne (dalam Paulinna Panen, dkk, 2001) merupakan kemampuan internal yang terorganisasi yang dapat membantu individu dalam proses belajar, proses berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Strategi kognitif setiap individu tentunya berbeda dan unik. Setiap permasalahan tentunya akan dipandang secara berbeda-beda oleh setiap individu dan tentunya akan dicari solusi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat executive control (kontrol tingkat tinggi) yang dimilikinya.

Adanya executive control sejatinya dapat membentuk insan yang otonom dalam pemikiran, mandiri, dan tidak bergantung. Otonom karena setiap entitas atau suatu konsep ilmu akan dieksekusi dengan polanya sendiri, mandiri karena pemikirannya inheren dengan kediriannya, dan tidak bergantung karena pengetahuan yang dimiliki merupakan hasil konstruksinya. Individu yang otonom dan mampu menyelesaikan persoalan konseptual maupun kontekstual menandakan bahwa yang bersangkutan telah menguasai strategi kognitif, dan kemampuan tersebut jika dikelola nantinya dapat menjadi embrio terwujudnya insan cendikia.

Perbedaan strategi kognitif dan metakognitif

Strategi kognitif merupakan aktivitas yang dilakukan dalam menyelesaikan persoalan baik konseptual maupun kontekstual, sedangkan strategi metakognitif merupakan informasi mengenai aktivitas atau kemajuan yang dicapai. Strategi kognitif membantu dalam mencapai tujuan, sedangkan strategi metakognitif memonitor kemajuan yang dicapai (M. Clarawesti, Kompas 12 Februari 2006). Dengan demikian metakognitif merupakan landasan bagi strategi kognitif itu sendiri.

Menurut Preisseisen (dalam Paulinna Panen, dkk, 2001) , metakognisi terdiri atas empat keterampilan yakni problems solving, decision making, critical thinking, dan creative thinking. problems solving merupakan kemampuan individu dalam memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif. Untuk menjadi problems solver yang handal dibutuhkan jam terbang yang tinggi, dan di sini diperlukan penguasaan metode keilmuan sebagai pisau bedah terhadap masalah yang dihadapi.

Decision making merupakan kemampuan individu untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari berbagai pilihan yang ada. Keputusan yang diambil tentunya berdasar pengalaman atau informasi, pertimbangan etika dan tata nilai, dan disertai alasan-alasan rasional. Kemampuan dalam decision making dapat menggambarkan tingkat kematangan dan kebijaksanaan seseorang. Critical thinking merupakan kemampuan individu untuk berfikir kritis dalam menanggapi suatu konsep, pendapat, dan kebijakan. Berfikir kritis tentunya mendasarkan pada logika rasional, dan mampu membaca kesenjangan antara konsep dengan realitas, antara das solen dengan das sein atau menganalisis dengan mendasarkan pada sesuatu yang sifatnya given dari Tuhan.

Creative thinking merupakan kemampuan individu untuk berfikir kreatif atau mencipta dan memodifikasi sesuatu yang baru dengan mendasarkan pada konsep-konsep, hukum-hukum, logika, dan intuisi yang dimiliki. Keempat keterampilan tersebut merupakan satu-kesatuan yang terintegrasi, artinya pada saat seseorang memecahkan masalah maka dengan sendirinya individu tersebut telah melakukan tindakan pengambilan keputusan berdasarkan nalar kritisnya dan dikreasi dengan dirinya.

Melatih Metakognitif pada Anak

Kemampuan individu dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir kritis, dan berfikir kreatif merupakan produk pendidikan. Alasannya adalah bahwa setiap perilaku baik dalam berfikir maupun bertindak adalah konstruksi dari pendidikan, baik pendidikan formal, informal, maupun gabungan keduanya. Untuk itu dalam praksis pendidikan semestinya menggunakan pendekatan keterampilan proses, problem based learning, dan mendorong siswa untuk aktif.

Pendekatan keterampilan proses dan problem based learning semestinya dilakukan sejak pendidikan dini usia atau sejak anak memasuki dunia pendidikan formal. Sebagai contohnya adalah anak dilatih untuk merefleksikan kejadian yang baru dialami, merefleksikan bacaan yang selesai dibaca, dan tentunya dikemas menjadi kegiatan yang menyenangkan dan tanpa tekanan. Di sini diperlukan home schooling di mana rumah menjadi arena belajar, dan orang tua intens dalam membimbing anak.

Dalam banyak kejadian pendidikan kita gagal dalam mewujudkan insan yang mampu menjadi problems solver, pengambil keputusan yang bijak, insan yang kritis, dan insan yang kreatif. Bahkan pendidikan kita sering menjadi media “aborsi” bagi embrio insan-insan unggul karena sistem yang belum jelas dan tradisi yang jauh dari nuansa ilmiah, untuk itu diperlukan perhatian yang serius dalam membangun metakognitif bagi generasi mendatang.

3 comments:

anwar said...

thanks pak ilmuny,,
puny rujukan buku, jurnal atau referensi apapun tentang metakognitif?

strategi pembelajaran pa yang digunakan untuk pengembangan metakognitif pak??

Barnawi said...

banyak dibukunya Dr Paulina Pannen

Nyimas Inda Kusumawati said...

aslm, pak... dimana pak bisa beli buku Dr. Paulina Pannen, judul, penerbit?

About Me

My photo
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Saya adalah seorang pendidik, alumni pasca sarjana dalam bidang pemikiran pendidikan. Essay-assay saya dipublikasikan di Kompas Jateng, Suara Merdeka, Gerbang, Rindang, Media Pembinan, detik.com, okezone.com Pernah Menjuarai penulisan ilmiah kelompok guru di harian Kedaulatan Rakyat, menjadi finalis lomba inovasi pembelajaran di UNNES, dan menjadi pemakalah terpilih dan pembicara dalam Konferensi Guru Indonesia tahun 2007. Tahun 2008 menjadi pemakalah dalam International conference on lesson study di Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2009 terpilih sebagai penerima dana bantuan penulisan dari PUSBUK. Tahun 2010 menjadi pemenang harapan 3 lomba media pembelajaran tingkat nasional .Buku: 1. Kebijakan Publik Bidang Pendidikan.2. Profil Guru SMK Profesional 3. Editor buku Sejarah Kebudayaan Islam