Pendidikan Anak Usia Dini

Pendahuluan
Anda tentu sangat familiar dengan film Samson dan Delila. Personifikasi Samson adalah manusia dalam asuhan binatang, besar di rimba belantara, dapat berkomunikasi dengan semua penghuni rimba namun tidak bisa berkomunikasi dengan sesama manusia. Fenomena Samson sama halnya dengan Hayy bin Yaqzan yang besar dalam asuhan Rusa. Hayy memiliki sifat dan skill sebagaimana rusa yang dapat berlari dengan sangat kencang, gesit, dan lincah. Apa yang dapat kita baca dari film tersebut?. Sebagian besar dari kita tentu mengamini bahwa pendidikan dan pembiasaan akan membentuk kemampuan seseorang. Individu yang tidak mengenyam pendidikan bagaimanapun besarnya potensi yang dimiliki tidak akan efektif beraktualisasi di dunia modern yang menganut life based knowledge and technology.
Pendidikan sebagai sebuah kebutuhan telah disadari benar oleh masyarakat. Keyakinan bahwa pendidikan merupakan salah satu variabel kesuksesan hidup menjadi pendorong utama setiap individu untuk menjadi manusia pembelajar. Atas dorongan kebutuhan dan keyakinan sebagaimana ajaran agama yang menganjurkan menuntut ilmu semenjak dalam ayunan hingga menjelang ajal menempatkan pendidikan sebagai “barang mewah” yang dicari setiap manusia. Dampaknya jelas, diversifikasi pendidikan menjadi varian baru dalam bidang jasa pendidikan. Salah satu diversifikasi pendidikan yang semakin mendapatkan tempat adalah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Dalam pandangan yang pragmatis, bagi sebagian orang PAUD adalah alternatif “penitipan anak” bagi pasangan suami isteri yang sibuk dari pada menitipkan anak dalam asuhan “pembantu”. Anak dalam bimbingan para guru di PAUD bagi masyarakat dianggap lebih safe dan lebih banyak mengandung unsur edukatif.
Dalam sejarahnya, keberadaan PAUD di manca negara diawali keinginan untuk “menyelamatkan” anak yang berasal dari keluarga yang kurang beruntung. Sebagaimana penelitian yang menyebutkan bahwa anak-anak yang berasal dari profesional lebih banyak dalam perkembangan kata-kata dibanding anak-anak para pekerja dan penganggur. Anak-anak dari keluarga profesional dan pekerja cenderung memperoleh feed back yang membesarkan hati, sementara anak-anak dari keluarga penganggur cenderung memperoleh feed back yang mengecilkan hati. Anak-anak yang sejak kecil berada dalam kondisi tertekan akan cenderung mengalami kesulitan di masa dewasanya dan terjebak dalam kenakalan. Dari latar belakang tersebut munculah pendidikan pra sekolah yang di Indonesia populer dengan Pendidikan Anak Usia Dini.
Dalam perkembangannya, keberadaan PAUD tidak saja sebagai wahana penitipan anak, namun juga sebagai persiapan meningkatkan ketercapaian prestasi akademik. Bahkan lebih serius lagi, pendidikan pranatal disertai pengaturan gizi telah dipersiapkan oleh para orang tua untuk memperoleh kualitas maksimal dalam bidang akademik. Bahkan orang tua menyiapkan waktu khusus untuk pendidikan parenting agar tidak salah langkah dalam mengurus anak. Salah satu materi penting dalam parenting pranatal adalah memaksimalkan potensi perkembangan otak janin yang dalam kandungan akan berkembang dengan kecepatan 250.000 sel setiap menit.

Apa yang harus diajarkan di PAUD ?.
Diskursus tentang apa yang harus diajarkan pada Pendidikan Anak Usia Dini merupakan diskursus yang terus berkembang. Sebagaian masyarakat menginginkan anaknya diberi dasar-dasar calistung (baca, tulis, hitung), dan sebagian lagi menginginkan PAUD tak ubahnya tempat bermain bagi anak-anak karena dunia anak adalah dunia bermain. Di Amerika Serikat dan Inggris, saat ini telah terjadi pergeseran orientasi, PAUD tidak lagi sebagai wahana bermain anak-anak tetapi mengarah ke pembelajaran keterampilan dasar. Di Flanders dan Hungaria, PAUD lebih menekankan pembelajaran permainan, konstruksi spontan, dan latihan baca tulis (Muijs dan Reynold, 2010). Bagi penulis, materi terbaik yang diberikan anak-anak di PAUD adalah dasar-dasar keterampilan, baik keterampilan calistung maupun keterampilan sosial, namun dikemas dalam nuansa bermain.
Latihan menghitung dapat dikemas dalam permainan balok, latihan menulis dapat dimulai dari hal-hal yang menyenangkan dan dekat dengan dunia anak, begitu pula dengan materi membaca. Keterampilan sosial dan komunikasi penting karena masa-masa di PAUD adalah masa transisi dari rumah ke sekolah. Ayah dan ibu yang secara emosi dan psikologi sangat dekat harus digantikan oleh orang lain. Bahasa tubuh, gesture, yang sangat dipahami oleh ayah dan ibu kadang tidak dimengerti oleh orang lain sehingga anak harus berlatih komunikasi dengan orang lain. Demikian juga anak-anak harus menyerap informasi baru dari orang lain yang tentu caranya berbeda dengan kebiasaan di rumah. Intensitas komunikasi antar anak dan guru akan sangat menunjang keterampilan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi yang secara langsung akan menentukan sukses tidaknya masa transisi. Ketidaksuksesan masa transisi berakibat anak-anak phobi sekolah atau minta pindah sekolah. Untuk itu orang tua harus secara intens membangun komunikasi dengan guru dan memantau anaknya dalam fase-fase kritis.
Orang tua harus secara kontinyu membaca buku komunikasi sekolah dengan orang tua tentang perkembangan anaknya sehingga dapat mengambil tindakan dengan tepat. Dan bagi sekolah, buku komunikasi sangat penting tidak saja sebagai bagian dari service sekolah terhadap kostumer tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab moral sekolah terhadap orang tua yang telah percaya menyekolahkan anaknya.
Kompetensi apa yang diharapkan dari anak pra sekolah?
Kompetensi bergantung pada materi. Kompetensi merupakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dari suatu subjek materi pelajaran. Lalu apa kompetensi anak-anak yang harus dikuasai di PAUD. Dari uraian materi di atas dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi yang harus dikuasai adalah keterampilan berkomunikasi (baik reseptif maupun ekspresif), keterampilan bersosialisasi, dan keterampilan dasar-dasar calistung. Sebagai orang tua secara mudah dapat kita lihat perkembangan anak yakni dengan daya interest anak untuk berangkat sekolah, materi cerita anak di rumah, dan tentu input yang diberikan oleh sekolah. Jika anak-anak tidak betah di sekolah berarti ada yang tidak sukses dalam fase transisi, jika anak tidak pernah cerita di rumah tentang sekolah dan teman-temannya serta gurunya berarti sekolah gagal dalam menciptakan kesan asyik bagi anak didiknya.
Muijs dan Reynold mendefinisikan keterampilan kesiapan sekolah meliputi:
1. Keterampilan sosial, menghormati orang lain, bekerja secara kooperatif, dan berlatih mendengarkan orang lain.
2. Keterampilan komunikasi: seperti meminta bantuan ke orang lain, mengutarakan pikiran dan perasaan
3. Perilaku terkait tugas; tidak mendisrupsi (mengganggu) orang lain, menyelesaikan tugas dari guru

Strategi belajar PAUD
Strategi pembelajaran di PAUD tentu linier dengan materi dan kondisi anak-anak. Sebagaimana diuraikan di atas dimana materi dikemas dalam nuansa bermain, maka PAUD sudah seharusnya menggunakan strategi belajar yang menyenangkan, cenderung direktif dan konkrit. Guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan cerita, percakapan, dan demonstratif yang sekaligus mengandung unsur eksplorasi kemampuan anak. Mengeksplorasi kemampuan anak penting karena akan melatih anak untuk beraktualisasi di kelas. Di Amerika Serikat, pendidikan pra sekolah yang sangat berpengaruh adalah program High Scope. Di sekolah ini model pembelajarannya bersifat langsung dengan objek riil sehingga siswa aktif. Sementara di Italia, pendidikan pra sekolah yang dikenal dengan proyek Regio Emillio menerapkan pembelajaran tematik berbasis proyek dengan menekankan interaksi antara guru dan murid.
Strategi pembelajaran di PAUD dapat dilakukan dengan model sebagai berikut:
1. Bermain: mengembangkan bahasa reseptif dan ekspresif
2. Drama dan sandiwara pendek: membantu perluasan pemikiran dan pembentukan karakter
3. Diskusi dalam format bermain
4. Mengkategorikan objek: sebagai bentuk klasifikasi
5. Kerja berpasangan atau berkelompok
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, anak-anak dalam tingkatan PAUD kini telah diperkenalkan dengan dunia komputer. Pembelajaran berbasis komputer kini telah menjadi bagian dari model pembelajaran PAUD. CD-CD tentang materi PAUD kini telah banyak beredar di pasar dan dapat pula didown load untuk menggantikan sebagian objek pembelajaran.

Penilaian dalam PAUD
Masa kanak-kanak sering disebut sebagai fase golden growth. Pada fase ini perkembangan otak sangat cepat begitu juga dengan kemampuan fisik yang lain. Perubahan yang begitu cepat tentu menjadikan penilaian sesaat menjadi tidak tepat, tidak reliabel. Dengan demikian model tes standar sebagai bentuk assesmen tidak tepat lagi. Model yang relatif tepat adalah model portofolio atau rekam jejak siswa. Portofolio dan rekaman dapat dijadikan bahan analisis untuk mengevaluasi tingkat perkembangan siswa. Selain itu dapat pula dengan model pengamatan terstruktur yang kontinyu sehingga perkembangannya dapat jelas disimak.

PENDEKATAN BEHAVIORISME DALAM KONSELING

Pendahuluan
Perilaku merupakan kegiatan organisme yang dapat diamati (Rita L. Atkinson, 1999:8). Dengan pendekatan perilaku, tokoh psikologi asal Amerika Serikat John B. Watson mempelajari individu. Menurut Watson individu tidak dapat dipelajari dengan pendekatan instropeksi karena hanya individu itu sendirilah yang dapat mengintropeksi pengamatan dan perasaannya sendiri. Dari pendapat Watson inilah munculnya aliran behaviorisme. Behaviorisme menurut Gerald Corey (2003:197-198) adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia.
Behavior atau tingkah laku tidaklah muncul satu set lengkap dalam diri manusia sebagai sebuah bawaan lahir. Namun perilaku terbentuk sebagai sebuah interaksi manusia dengan dunia disekelilingnya. Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang membentuk kepribadian. Gerald Corey (2003:320) menyatakan bahwa manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengondisian sosial-budaya yang deterministik. Dalam arti tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian.
Tingkah laku sebagai hasil belajar dan pengondisian berarti tingkah laku dibentuk melalui hukum-hukum belajar dan terkondisikan dengan cara memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Hukum-hukum belajar dalam kaitannya dengan tingkah laku meliputi hukum pembiasaan klasik, pembiasaan operan, dan peniruan.
Eksperimen tentang pembiasaan klasik pertama kali dilakukan oleh ilmuwan Rusia bernama Pavlov. Eksperimen Pavlov dengan cara memberi stimulus terkondisikan pada anjing melalui sinar lampu. Dengan stimulus yang diberikan anjing akan melakukan asosiasi dan mengulang-ulang respon jika diberikan stimulus yang sama. Dalam kaitannya dengan belajar maka belajar akan dilakukan dan mengalami penguatan jika diberikan situmus atau rangsangan. Sebagai contohnya siswa belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Eksperimen tentang pembiasaan operan pertama kali dilakukan oleh B.F. Skinner. Dalam eksperimen ini diperlukan media sebagai stimulus tidak langsung. Dalam kaitannya dengan belajar maka belajar untuk mendapatkan hadiah, bukan akibat langsung dari belajar, namun merupakan media untuk mendapatkan sesuatu atas prestasi belajar. Sebagai contohnya adalah mendapatkan hadiah sepeda jika nilai bagus. Nilai bagus adalah akibat langsung dari belajar, namun sepeda bukan akibat langsung dari belajar namun akibat yang timbul karena nilai yang bagus.

Konsep dasar behaviorisme
Dalam pendekatan behavioristik memandang bahwa setiap manusia memiliki kecenderungan – kecenderungan positif dan negatif yang sama. Kecenderungan itu dibentuk oleh kondisi sosial dan budaya. Para behavioris menyakini bahwa lingkungan dan faktor genetik menentukan tingkah laku, namun pembuatan putusan yang dilakukan oleh individu merupakan tingkah laku. Behavioris cenderung memandang manusia sebagai organisme pemberi respons sehingga manusia dikategorikan sebagai makhluk yang mekanistik, tidak sebagai makhluk otonom yang bebas menentukan nasibnya sendiri. Bahkan dalam behaviorisme radikal tidak memberi tempat kepada asumsi bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi oleh pilihan dan kebebasan.

Terapi Konseling Behavioral
Tujuan dari konseling behavioral adalah menghapus atau menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untuk digantikan tingkah laku adaptif sesuai keinginan klien. Tingkah laku bermasalah diasumsikan sebagai berikut:
1. Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negative/tidak tepat, atau tingkah laku yang tidak sesuai tuntutan lingkungan.
2. Tingkah laku yang salah pada hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
3. Manusia bermasalah cenderung merespon negative dari lingkungannya.
4. Tingkah laku manusia merupakan hasil belajar dan dapat diubah dengan prinsip-prinsip belajar.
Adapun langkah-langkah konseling behavioral adalah:
1. Assesment: mengeksplorasi dinamika perkembangan klien. Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang sebenarnya pada saat itu meliputi: kesuksesan dan kegagalan, kekuatan dan kelemahan, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya.
2. Goal Setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assaement konselor dan kliaen menyusun dan merumuskan tahapan berikut: (a) Konselor dank lien mendefinisikan masalah yang dihadapi klien, (b) klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling ; (c ) konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien : (a) apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien ; (b) apakah tujuan itu realistic ; (c) kemungkinan manfaatnya; (d) kemungkinan kerugiannya; (e) konselor dank lien menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akakn dicapai, atau melakukan referral.
3. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang akan digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
4. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai tujuan konseling.
5. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.
Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.

Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
1. Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
2. Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan
3. Memberikan penguatan terhadap respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan
4. Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung)
5. Merencanakan prosedur pemberian penguatan tingkah laku yang diinginkan dengan system kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk materi atau keuntungan sosial.

Teknik-teknik konseling Behavioral

Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna diantaranya un tuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkap afeksi dan respon positif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konsealor dan diskusi-diskusi kelompok



Desensitisasi Sistematis

Desensititasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks

Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.

Draf Pengembangan MA Bina Cendekia

“Menuju Madrasah Aliyah Bina Cendekia sebagai Madrasah Pilihan”
Pendahuluan
Draft pengembangan ini disusun sebagai wacana pengembangan Madrasah Aliyah Bina Cendekia sebagai Madrasah Pilihan. Orientasi madrasah dan image building yang diwacanakan bukanlah sebagai madrasah unggulan, plus, atau trade mark lainnya. Bagi penyusun makna pilihan mencitrakan sebuah kebutuhan bagi pemilihnya.
Sesuatu yang dipilih, terlebih sekolah/madrasah sudah barang tentu karena memiliki keunikan dan memenuhi ekspektasi masyarakat sebagai stakeholder pendidikan. Sebagai sebuah perumpamaan jika kita membeli sesuatu tentu karena kita butuh dan barang yang kita beli jelaslah hasil dari sebuah pilihan. Keputusan memilih biasanya didasarkan pada nilai guna, kualitas barang, harga, orisinalitas, dan tren yang sedang berkembang. Barang mahal yang sedikit kegunaannya tentu akan mubadzir jika dipilih dan dibeli. Barang yang kualitasnya bagus namun sudah out of date tentu tidak menggugah selera lagi. Dan barang yang orisinil tentu akan dipilih dibanding yang imitasi karena lebih presisi dan berkualitas. Begitu juga barang yang murah namun tidak ada kualitasnya tentu juga bukan menjadi barang pilihan karena akan cepat usang dan tidak berguna.
Begitu pula madrasah, madrasah yang akan menjadi pilihan adalah
madrasah yang memiliki keunggulan baik kompetitif maupun komparatif. Keunggulan kompetitif berorientasi pada be the best. Memiliki daya saing yang kuat, memiliki indeks prestasi akademik yang tinggi dan atribut kompetitif lainnya seperti grade akreditasi, pencapaian hasil Ujian Nasional, prestasi dalam ajang olimpiade, dan daya serap out put di perguruan tinggi favorit baik dalam maupun luar negeri.
Keunggulan komparatif berorientasi pada be the different. Memiliki daya beda yang tinggi dibanding institusi sejenis dalam satu level. Keunggulan komparatif dapat dibangun melalui keunggulan lokal baik dalam bidang seni, budaya, dan sumber daya alam yang ada. Keunggulam komparatif memiliki nilai strategis karena menjadi ciri khas. Ciri khas yang dibangun dengan serius didukung research yang kontinyu akan memberi kekuatan bagi sebuah institusi. Dan nilai yang sifatnya lokal itu pada gilirannya akan menjadi icon bagi wilayah itu sendiri sebagaimana kekhasan dialek dalam bahasa.
Sinergi antara keunggulan kompetitif dan komparatif harus dibangun dengan kreasi dan inovasi yang sustainibilitasnya terjaga. Kreatifitas yang inovatif orientasinya pada be the first. Institusi yang memiliki daya be the first akan leading dibanding institusi lainnya.
Uraian di atas mendeskripsikan bahwa syarat utama untuk menjadi madrasah pilihan adalah memiliki tiga nilai utama yakni be the best, be the different, dan be the first. Bagaimana dengan Madrasah Aliyah Bina Cendekia?. Sebagai sebuah institusi baru maka beberapa agenda penting yang harus segera dilakukan akan penyusun uraikan dalam langkah-langkah strategis MA Bina Cendekia di bawah ini.

Langkah-langkah Strategis MA Bina Cendekia
1. Membentuk Tim Monev (Monitoring dan Evaluasi)
Tim Monev terdiri atas Kepala Madrasah, Wakil Kepala Madrasah, dan Tim Kreatif . Tim Monev tugas utamanya adalah menjabarkan delapan standar pendidikan, melaksanakan delapan standar pendidikan, memantau dan mengevaluasi delapan standar pendidikan tersebut. Orientasi akhir yang diharapkan adalah terciptanya budaya berorganisasi dalam lingkungan madrasah sehingga setiap saat madrasah siap untuk diakreditasi karena sistem administrasi yang akurat dan orisinil. Adanya Tim Monev juga akan membentuk tradisi tulis dan tilas dalam diri setiap pendidik dan tenaga kependidikan di MA Bina Cendekia.
2. Menyusun Renstra
Renstra (Rencana Strategis) perlu disusun dengan melibatkan yayasan dan seluruh stakeholder MA Bina Cendekia baik renstra jangka pendek, menengah, dan panjang. Renstra juga harus berpijak pada analisis SWOT MA Bina Cendekia. Adanya renstra dapat menjadi motivasi dan menjaga ritme pergerakan pendidik dan tenaga kependidikan di MA Bina Cendekia.
3. Menjadikan Kegiatan Ekstrakurikuler sebagai Kekuatan Komparatif
Kegiatan ekstrakurikuler yang dikemas dalam kegiatan pengembangan diri harus dibangun secara sungguh-sungguh. Kegiatan ini memiliki nilai strategis dalam membangun keunggulan komparatif sekaligus memiliki daya magnetik yang luar biasa bagi siswa dan calon siswa. Kegiatan ekstrakurikuler yang berkualitas dapat menjadi media pemasaran madrasah.
4. Penyusunan Kurikulum yang Integral
Yayasan Bina Cendekia Utama yang terdiri atas tiga jenjang pendidikan dari MI hingga MA mempunyai nilai strategis dalam penyusunan kurikulum. Nilai strategis tersebut terletak pada adanya pondok pesantren dan kegiatan ekstrakurikuler yang terstruktur. Kurikulum pondok pesantren harus integral dan kontinyu dari jenjang MI, MTs, dan MA. Begitu pula kegiatan ekstra yang terstruktur memiliki kurikulum yang berkelanjutan. Dan kurikulum integral tersebut harus disosialisasikan ke orang tua dan siswa itu sendiri sehingga ada motivasi yang tinggi untuk menuntaskan kurikulum dari MI hingga MA.
5. Menyusun Tim Fundraising
Tim Fundraising (Penggalian Dana) perlu dibentuk meskipun yayasan telah memilki dana yang relatif cukup. Ada berbagai pilihan yang mungkin untuk dipilih antara lain: membangun jejaring secara vertikal dengan instansi terkait, mendirikan koperasi, atau jika mungkin lembaga penerbitan karena memilki nilai ekonomis yang relatif tinggi. Adanya lembaga penerbitan akan mendorong guru untuk menulis sekaligus sebagai media pemasaran madrasah.

About Me

My photo
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Saya adalah seorang pendidik, alumni pasca sarjana dalam bidang pemikiran pendidikan. Essay-assay saya dipublikasikan di Kompas Jateng, Suara Merdeka, Gerbang, Rindang, Media Pembinan, detik.com, okezone.com Pernah Menjuarai penulisan ilmiah kelompok guru di harian Kedaulatan Rakyat, menjadi finalis lomba inovasi pembelajaran di UNNES, dan menjadi pemakalah terpilih dan pembicara dalam Konferensi Guru Indonesia tahun 2007. Tahun 2008 menjadi pemakalah dalam International conference on lesson study di Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2009 terpilih sebagai penerima dana bantuan penulisan dari PUSBUK. Tahun 2010 menjadi pemenang harapan 3 lomba media pembelajaran tingkat nasional .Buku: 1. Kebijakan Publik Bidang Pendidikan.2. Profil Guru SMK Profesional 3. Editor buku Sejarah Kebudayaan Islam