Karakteristik Generasi Sukses di Masa Depan

Indivisu yang sukses di masa depan adalah individu yang sesuai dengan karakteristik masa depan itu sendiri. Tanpa ada kesesuaian karakteristik maka individu tidak akan mampu berbuat banyak sehingga sulit meraih sukses.
Setiap masa membutuhkan karakteristik yang spesifik. Ditahun 1980-an seseorang yang bergelar sarjana strata satu (S-1) masih mudah mencari kerja, masih memiliki banyak alternatif memilih pekerjaan, namun ditahun 1990-an modal sarjana strata satu sudah mulai kesulitan mencari pekerjaan jika tidak memiliki keahlian khusus baik yang sifatnya kompetitif maupun komparatif. Sekarang, ditahun 2000-an sarjana strata satu semakin dirasa tidak cukup, generasi muda yang berstarata dua (S-2) semakin melimpah dan itu pun masih susah mencari kerja. Gelar sarjana harus dilengkapi hard sklill dan soft skill agar mampu bersaing dalam bursa kerja.
Begitu drastisnya karakteristik generasi yang dibutuhkan setiap zaman mengharuskan individu untuk menyusun blue print segala aktifitas dan berbagai pilihan program pembelajaran dan keahlian guna menyongsong kehidupan yang lebih baik. Tanpa ada perencaan (blue print) seseorang hanya sekedar bertahan hidup (survive) namun tidak mengalami kemajuan (progress).
Meskipun menurut para futurolog masa depan itu sesuatu yang unpredicable (tak dapat dipastikan) namun sesungguhnya ada alur-- yang menyangkut karakteristik – yang dapat dibaca. Kecenderungan perubahan dapat dipahami melalui interaksi global. Kuncinya setiap individu harus siap dalam pusaran informasi, jika tidak maka seseorang akan mudah berada dalam posisi tertinggal, out of date.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana karakteristik manusia yang dibutuhkan untuk sepuluh tahun atau dua puluh tahun mendatang ?. Skill apa yang dibutuhkan, keahlian apa yang paling banyak dicari, jurusan apa yang paling favorit ?. Semua pertanyaan itu tak mudah dijawab, apalagi berkaca dari realitas sekarang.
Kadangkala kita berpandangan sempit, memandang masa depan dengan kaca mata sekarang. Pada hal masa depan cepat sekali berbeda dengan kondisi sekarang karena perubahan yang kontinyu nan drastis. Dua puluh tahun yang lalu ketika bangsa Indonesia sangat membutuhkan perawat banyak sekali bermunculan akademi perawat, akibatnya terjadi boooming sarjana perawat. Yang terjadi berikutnya adalah banyak sarjana keperawatan yang nganggur. Dulu jurusan geografi sepi mahasiswa, namun tiba-tiba menjadi jurusan yang banyak dibutuhkan ketika bencana timbul dimana-mana dan ketika anomali cuaca semakin tak terkira.

Masa Depan dalam Dunia Datar
The World is Flat, begitu Thomas L. Friedman tulis. Buku kedua setelah The Lexus and The Olive Tree (1991) ini banyak memberi gambaran akan masa depan dalam dunia yang datar. Thomas L. Friedman melakukan antithesis terhadap pernyataan Chisthoper Columbus yang menyatakan dunia itu bulat. Dunia memang benar-benar mengarah dan menuju datar, istilah borderless world (dunia tanpa batas) benar-benar nyata. Esensi dari dunia datar adalah kompresi dunia, opensource dalam berbagai informasi, terbentuknya kelas menengah baru, dan globalisasi lokal dimana terjadi penguatan identitas lokal dan regional.
Dalam dunia yang datar ini membutuhkan karakteristik dari setiap individu. Individu-individu yang nantinya menduduki kelas menengah baru menurut Thomas L. Friedman (2006) ada empat hal yang perlu dipersiapkan dan dilakukan, yakni:
1. Belajar bagaimana belajar yaitu untuk secara terus-menerus menyerap, serta mengajari diri sendiri, berbagai cara baru untuk melakukan hal-hal lama atau berbagai cara baru untuk melakukan hal-hal baru.
2. Antusiasme dan keingintahuan. Dalam dunia datar Indeks Kecerdasan (IQ) masih penting, namun Indeks Keingintahuan/CQ (Curious Quotient) dan Indeks Antusiasme/PQ (Passion Quotient) lebih penting lagi. Dengan antusiasme dan keingintahuan yang tinggi maka tidak seorangpun akan bekerja lebih keras dalam belajar dari pada anak yang ingin tahu. Formula yang diajukan Thomas L. Friedman adalah:
CQ + PQ > IQ
3. Berlaku baik pada orang lain. Dalam dunia datar banyak pekerjaan yang melibatkan kepribadian dan interaksi mendalam antarmanusia. Interaksi tersebut tidak akan berlangsung dengan baik dan nyaman jika seseorang tidak mampu berlaku baik pada orang lain.
4. Manfaatkan otak kanan. Selama ini dunia pendidikan kurang memperhatikan otak kanan dan hanya memaksimalkan otak kiri. Fungsi otak kiri yang berupa perhitungan linier, logis, dan analitis diposisikan lebih untuk mencapai prestasi. Namun dalam dunia yang datar ini dimana manusia dibanjiri oleh data dan dicekik oleh berbagai pilihan peran otak kanan sangat vital untuk membangun entitas yang artistik, empati, melihat gambaran besar, dan kemampuan untuk menelusuri hal-hal yang bersifat transenden.
Dengan melaksanakan keempat hal seperti yang disarankan oleh Thomas L. Friedman sejatinya seseorang telah menuju ke karakteristik generasi masa depan.

0 comments:

About Me

My photo
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Saya adalah seorang pendidik, alumni pasca sarjana dalam bidang pemikiran pendidikan. Essay-assay saya dipublikasikan di Kompas Jateng, Suara Merdeka, Gerbang, Rindang, Media Pembinan, detik.com, okezone.com Pernah Menjuarai penulisan ilmiah kelompok guru di harian Kedaulatan Rakyat, menjadi finalis lomba inovasi pembelajaran di UNNES, dan menjadi pemakalah terpilih dan pembicara dalam Konferensi Guru Indonesia tahun 2007. Tahun 2008 menjadi pemakalah dalam International conference on lesson study di Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2009 terpilih sebagai penerima dana bantuan penulisan dari PUSBUK. Tahun 2010 menjadi pemenang harapan 3 lomba media pembelajaran tingkat nasional .Buku: 1. Kebijakan Publik Bidang Pendidikan.2. Profil Guru SMK Profesional 3. Editor buku Sejarah Kebudayaan Islam