Membangun Budaya Bersih di Angkutan Umum

Jika kita melakukan perjalanan jarak jauh tentu yang kita cari adalah kenyamanan. Rasa nyaman menjadikan perjalanan asyik dan tidak membosankan. Apalagi perjalanan tersebut tujuannya untuk liburan. Kenyamanan dalam perjalanan ditentukan oleh kualitas jalan yang dilewati, fasilitas alat transportasi yang memadai, keamanan dalam kendaraan, pelayanan dari crew yang baik, dan yang tak kalah penting adalah kebersihan dalam kendaraan atau alat transportasi yang kita gunakan.
Kenyamanan dalam alat transportasi kita memang serba kurang, bahkan mengkhawatirkan. Menggunakan pesawat terbang takut jatuh, maklum hampir setiap tahun ada saja pesawat terbang komersial kita yang jatuh, gagal terbang, atau gangguan yang lainnya. Banyak pesawat yang kelayakan terbangnya patut dipertanyakan.
Perjalanan laut pun mulai tak nyaman. Gelombang tinggi, kapal karam, dan pembajakan menjadi ancaman yang serius. Tenggelamnya kapal menjadi fenomena yang sering kita jumpai karena kapal kelebihan muatan atau penumpang (over loading).
Sementara pelayanan bus yang dinilai paling aman juga tidak senyaman yang dibayangkan. Pembiusan, copet, calo, dan pelayanan menjadi faktor ketidaknyamanan itu. Bus yang statusnya “patas” identik dengan padat tak terbatas. Bayangkan saja banyak bus yang berlabel eksekutif masih saja ngompreng atau menaikkan penumpang di perjalanan dengan alasan agar tidak rugi atau setidak-tidaknya BEP (break event point) alias tidak nombok.. Sedangkan bus yang labelnya ekonomi, kualitasnya banyak yang mengkhawatirkan, kadang membikin ciut nyali ketika sudah rebutan penumpang. Apalagi kalau lagi ngerem, aroma kampas rem atau ban gosong menyengat membuat was-was juga. Sementara kereta api kita kadang masih terlambat jam keberangkatannya, kadang dilempari batu orang yang tak bertanggung jawab (terlebih di malam hari), dan kebersihan dalam kereta yang patut disayangkan kecuali kereta kelas eksekutif.
Masalah kebersihan dalam perjalanan memang sangat memprihatinkan. Penumpang dengan seenaknya membuang sampah di bawah joknya sendiri-sendiri, bahkan banyak pula yang membuang sampah lewat jendela. Jika sampah sudah banyak datang orang peminta-minta dengan alasan membersihkan sampah. Itu bagus jika tujuannya benar-benar membersihkan sampah. Namun kadangkala tujuannya lain, mencari kesempatan dalam kesempitan.
Aroma sampah dalam kendaraan sangat membuat perjalanan menjadi tidak mengasyikkan. Dapat membuat penumpang muntah-muntah. Aroma sampah dan muntahan akan semakin tidak enak ketika di ruangan bus atau kereta tempat kita menumpang ada yang merokok. Sungguh membuat perjalanan semakin tidak nyaman. Apalagi jika jalanan macet.

Membangun budaya bersih
Sejujurnya kenyamanan dalam kendaraan adalah harapan semua penumpang. Namun seringkali kenyamanan itu dirusak sendiri. Belum ada kesadaran bagaimana agar dirinya nyaman dan tidak menganggu kenyamanan orang lain. Belum ada sikap toleran dalam perjalanan. Sikap-sikap tersebut harus dirubah menuju sikap yang santun dalam perjalanan, budaya toleran, dan tentu budaya bersih dalam perjalanan. Mengubah budaya tersebut memang tidak mudah, namun harus dilakukan.
Dalam ilmu psikologi untuk mengubah budaya atau perilaku seseorang dapat dilakukan dengan cara modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku menurut Bootzin (dalam Soetarlinah Soekadji, 1983) merupakan usaha untuk menerapkan prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen lain pada perilaku manusia. Dalam perspektif behaviorist modifikasi perilaku didefinisikan sebagai penggunaan secara sistematis teknik kondisioning pada manusia untuk menghasilkan perubahan frekuensi perilaku sosial tertentu atau tindakan mengontrol lingkungan perilaku tersebut (Powers & Osborn, dalam Soetarlinah Soekadji, 1983). Tujuan yang hendak dicapai dari modifikasi perilaku adalah adanya perubahan-perubahan yang diharapkan yang meliputi; peningkatan, pemeliharaan, pengurangan dan penghilangan, serta perkembangan atau perluasan perilaku.
Dalam modifikasi perilaku diperlukan pengukuhan-pengukuhan atau penguatan untuk mengubah perilaku sesuai yang diharapkan. Perubahan perilaku penumpang yang kurang memperhatikan kebersihan dapat dilakukan dengan pemberian pengukuhan berupa; tersedianya tempat sampah yang memadai dalam satu gerbong kereta api atau dalam bus, adanya larangan untuk membuang sampah sembarangan, larangan membuang sampah lewat jendela, adanya larangan merokok, dan bisa juga dengan pemberian denda bagi yang melanggar. Dapat pula diberikan pola atau cara membuang sampah, misal sampah harus dikumpulkan dalam kantong plastik dalam keadaan tertutup dan nanti ada petugas yang mengambil sampah.
Untuk armada bus mungkin susah karena menyamakan persepsi semua PO Bus tentu susah apalagi antar PO Bus bersaing dalam mencari konsumen. Alih-alih membudayakan perilaku bersih, bisa jadi upaya modifikasi perilaku malah menjadikan bus kehilangan penumpang karena dinilai terlalu rewel. Meskipun demikian pengukuhan-pengukuhan yang positif (tidak memberi denda atau hukuman) patut dilakukan, misal pemberian kantong-kantong plastik untuk membuang sampah.
Namun untuk kereta api atau kapal laut tentu lebih mudah karena tidak ada persaingan. Uji coba modifikasi perilaku untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan dalam perjalanan hendaknya dilakukan secara terus-menerus sehingga perilaku bersih tersebut menjadi terpelihara dan membudaya. Kenyamanan dalam perjalanan tentu tidak saja menguntungkan bagi pengguna alat transportasi saja namun juga perusahaan penyedia transportasi. Untuk itu menjadi tugas bersama menjaga kenyamanan dalam perjalanan utamanya kebersihan karena sejak kecil kita telah diajarkan bahwa kebersihan itu sebagian dari pada iman.

0 comments:

About Me

My photo
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Saya adalah seorang pendidik, alumni pasca sarjana dalam bidang pemikiran pendidikan. Essay-assay saya dipublikasikan di Kompas Jateng, Suara Merdeka, Gerbang, Rindang, Media Pembinan, detik.com, okezone.com Pernah Menjuarai penulisan ilmiah kelompok guru di harian Kedaulatan Rakyat, menjadi finalis lomba inovasi pembelajaran di UNNES, dan menjadi pemakalah terpilih dan pembicara dalam Konferensi Guru Indonesia tahun 2007. Tahun 2008 menjadi pemakalah dalam International conference on lesson study di Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2009 terpilih sebagai penerima dana bantuan penulisan dari PUSBUK. Tahun 2010 menjadi pemenang harapan 3 lomba media pembelajaran tingkat nasional .Buku: 1. Kebijakan Publik Bidang Pendidikan.2. Profil Guru SMK Profesional 3. Editor buku Sejarah Kebudayaan Islam