Apa yang Harus Diketahui Oleh Seorang Pemimpin

A. Tahu tentang Dirinya Sendiri
Siapapun harus mengenal dirinya. Filsafatinya orang Jawa”Ngilo githoke dhewe”. Dalam istilah yang lebih umum sering dinyatakan dengan”pandai-pandailah mengukur baju sendiri”. Ya, setiap individu memiliki kekhasan tersendiri. Memiliki potensi yang dominan diantara kecerdasan majemuknya, memiliki bakat bawaan tersendiri, dan berbagai kekhususan diri lainnya yang merupakan given dari Tuhan.
Setiap individu harus sadar potensi yang dimilikinya agar dapat mengembangkan secara efektif guna peningkatan kualitas hidup. Sayangnya tidak semua individu memahami dan mengarahkan potensinya. Banyak orang yang tahu bakatnya yang mnenonjol atau potensinya yang paling baik dalam dirinya, namun kadangkala tidak tahu bagaimana cara mengembangkan potensinya tersebut. Bahkan di sekolahpun kadang potensi-potensi itu tidak tergarap karena pembelajaran yang masih dominan dengan model pembelajaran klasik, bahkan tidak jarang sekolah justru menjadi ajang aborsi potensi peserta didik.
Lalu bagaimana cara mengenal diri sendiri ?. Anda bisa berkonsultasi dengan psikolog atau talent scouter (pemandu bakat). Jika tidak, Anda dapat menggunakan analisis diri dengan pendekatan Analisis SWOT. Jika Anda berpengalaman dalam organisasi maka Anda sudah terbiasa dengan analisis SWOT. Anda dapat menggunakan pendekatan SWOT untuk mengelola diri Anda.
SWOT merupakan akronim dari empat huruf. Strengths (kekuatan), Weakneses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Pada umumnya, analisis SWOT digunakan dalam pemasaran. Namun sesungguhnya analisis SWOT itu dapat diterapkan untuk merancang apa dan bagaimana kehidupan setiap manusia. Membuat strategi, mengukur kemampuan, mendeteksi ancaman dan menciptakan kesempatan adalah substansi dari analisis SWOT. Strengthness, Weakness, Opportunities dan Threat merupakan empat kata yang sebetulnya bermakna perenungan dan muhasabah atas kediriannya sebagai manusia.
Berdasarkan sumber pada www.geocities.com/bukukmhdi/bpo21.html - 67k analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisis SWOT adalah semata-mata sebuah alat analisis yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi, dan dapat pula individu.




B. Jenis Pendekatan Analisis SWOT
1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT versi Kearns
Matrik Kearns terdiri atas delapan kotak, dua kotak paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak di sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan). Sisa empat kotak yang lain berisi isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Hasil titik pertemuan dalam sel prinsipnya sama dengan penggunaan prinsip kuadran. Kuadaran yang mempertemukan kekuatan dengan peluang memunculkan comparative advantage (keunggulan komparatif). Dalam posisi ini perusahaan, organisasi atau individu akan berkembang dengan cepat, maka kesadaran akan potensi tersebut harus dimanfaatkan.
Kuadran yang mempertemukan kekuatan dengan ancaman muncul isu strategis mobilization. Tugas organisasi, perusahaan, atau individu adalah mengorganisir kekuatan sebuah sebuah proteksi dan memperlunak ancaman yang muncul dari luar.
Kuadaran yang mempertemukan kelemahan dengan ancaman memunculkan kondisi yang paling lemah bagi organisasi, perusahaan, atau individu. Dalam posisi ini harus diambil sikap damage control (mengendalikan kerugian).
Kuadran yang mempertemukan kelemahan dengan peluang memunculkan posisi investment atau divestment. Posisi ini memberikan kita pada posisi kabur. Peluang besar namun kita tidak memiliki kemampuan untuk menggarapnya. Kalau peluang itu dipaksakan potensi merugi atau boros, sehingga lebih baik diserahkan kepada pihak lain yang lebih berpotensi untuk menggarapnya.
Tabel 1. Pendekatan Model Kearns
NO STRENGTH
1
2 Dst

NO WEAKNESS
1
2 Dst

NO OPPORTUNITY
1
2 Dst

NO THREAT
1
2 Dst



Kuadran analisis SWOT Kearns
EKSTERNAL

INTERNAL
OPPORTUNITY
THREATS
STRENGH Comparative Advantage Mobilization
WEAKNESS Divestment/Investment Damage Control
Tabel 2. Model Kuadran analisis SWOT Kearns
2. Pendekatan Kuantitatif Model Pearce dan Robinson
Model Pearce dan Robinson (dalam M. Karebet Widjajakusuma dan M. Ismail Yusanto, 2002) melalui tiga langkah:
a. Langkah pertama adalah menghitung skor (a) dan bobot (b) setiap faktor SWOT dan menghitung perkalian antara skor dan bobot. Untuk memudahkan perhitungan faktor skor digunakan rentang 1 sampai dengan 10. Skor 1 terendah dan 10 tertinggi. Skor setiap faktor tidak dipengaruhi dan mempengaruhi faktor lain. Bobot (b) kuantifikasinya saling berketergantungan dengan poin faktor lainnya. Penilaian terhadap satu faktor dengan membandingkan tingkat kepentingan dengan faktor lain. Perhitungannya adalah poin faktor dibagi dengan banyaknya jumlah poin faktor. Misal, jika poinnya 8 dan poin faktornya ada 14 maka skornya 8/14.
b. Langkah kedua melakukan pengurangan antara S dan W, menghasilkan nilai d. Nilai d diletakkan dalam sumbu x pada sumbu cartesian. Pengurangan faktor O dan T menghasilkan nilai e. Nilai e diletakkan dalam sumbu y pada sumbu cartesian.
c. Langkah ketiga adalah mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT. Kuadran I (+,+) adalah kuadaran progresif, kuadran II (+,-) adalah kuadran diversifikasi strategi, kuadran III (-,+) adalah kuadran ubah strategi, dan kuadran IV (-,-) adalah kuadran strategi bertahan.

Analisis SWOT dapat dibagikan dalam lima langkah (Darmo Budi Suseno,2009;18):
1. Menyiapkan sesi SWOT
2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
3. Mengidentifikasi kesempatan dan kelemahan
4. Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman
5. Melakukan ranking terhadap kekuatan dan kelemahan
6. Menganalisis kekuatan dan kelemahan
Lalu bagaimana cara mengimplementasikannya?. Berikut ini disajikan bagaimana cara untuk menerapkan analisis SWOT untuk mengupas diri Anda. Langkah pertama adalah Anda membuat matrik SWOT untuk diri Anda sendiri.



C. Dapat Memimpin Dirinya Sendiri
Harry S Truman (Darmo Budi Suseno;2009, 66-67) menyatakan bahwa disiplin pribadi (diri sendiri) adalah suatu hal yang datang terlebih dahulu. Pemimpin tidak akan berhasil memimpin orang lain apabila dia belum berhasil memimpin dirinya sendiri. Pemimpin yang mampu memimpin dirinya dapat luwes dalam beraktualisasi diri dan memiliki daya adaptasi yang tinggi namun tetap memegang prinsip-prinsip yang dianut.
Mario Teguh (2009) menyatakan bahwa semua kepemimpinan adalah kepemimpinan pribadi, sehingga tidak ada pribadi yang bisa mengharapkan dirinya menghasilkan kinerja organisasi yang baik tanpa menjadikan diri pribadinya sebagai penyebab utama tergelorakannya semangat dan tertatanya semua proses kerja.
Kedua pendapat di atas menegaskan bahwa kualitas kepemimpinan pribadi akan linier dengan kualitas seseorang dalam memimpin sebuah orgnisasi. Seseorang tidak akan mampu memimpin dengan baik jika ia sendiri bermasalah dengan kepribadiannya.
Inti dari kemampuan memimpin dirinya adalah pada pengendalian diri dan kemampuan beradaptasi. Orang yang mampu mengendalikan diri dengan baik akan mudah beradaptasi. Dan adaptasi yang dilakukan oleh seseorang harus dibarengi dengan pengendalian diri yang baik, sebab tanpa ada pengendalian diri yang baik seseorang tidak akan menjadi dirinya sendiri namun terbawa arus lingkungannya.
D. Sadar sebagai Seorang Pemimpin
Adakah pemimpin yang tidak menyadari bahwa dirinya adalah seorang pemimpin?. Jika melihat pada definisi pemimpin maka sejatinya kemungkinannya sangat kecil ada pemimpin yang tidak menyadari bahwa dirinya adalah pemimpin. Namun jika pertanyaannya adalah adakah manajer yang tidak menyadari bahwa dirinya adalah manajer, jawabannya adalah ; ada. Individu yang karena otoritas keluarga dan ditasbihkan sebagai manajer mungkin tidak menyadari bahwa dirinya adalah seorang manajer. Ketidaksadaran itu mungkin disebabkan usianya yang belum matang atau karena tidak disiapkan secara serius sehingga tidak siap mengemban tugas sebagai manajer. Akibatnya peran tidak maksimal karena miskin penjiwaan.
Seseorang yang tidak menyadari bahwa dirinya adalah pemimpin berarti orang itu bukanlah pemimpin, namun jabatan lain yang memiliki kedekatan makna dengan kata pemimpin. Contohnya adalah manajer, mandor, supervisor, dan lain sebagainya.
Menyadari bahwa dirinya adalah seorang pemimpin mutlak diperlukan bagi pemimpin yang ingin sukses menjalankan tugasnya. Memang tidak semua pemimpin itu sukses karena hakikat pemimpin itu menekankan pada kemampuan individu sehingga jika ada pemimpin yang tidak sukses, ya memang kemampuannya segitu adanya.
Kesadaran seorang pemimpin adalah adanya upaya yang sungguh-sungguh untuk selalu meningkatkan kemampuan kepemimpinannya karena kualitas kepemimpinan ada pada kemampuan diri. Upaya peningkatan diri dilakukan didasarkan atas kebutuhan dinamika internal, eksternal, dan global. Bukan karena takut ada ancaman dari pesaing atau orang yang dipimpinnya. Orang yang meningkatkan diri demi posisi yang dimilikinya maka pemimpin yang demikian tidak akan pernah bahagia dan senantiasa resah. Pemimpin yang demikian besar potensinya untuk mengalami post power syndrome.
Pemimpin yang sejati tidak hanya selalu mengupgrade diri namun juga menyadari bahwa posisi atau amanat yang diembannya hanyalah “titipan” dari Tuhan melalui orang-orang di sekitar yang menunjuk atau mengangkatnya. Dengan demikian bukan ketakutan akan pergantian pemimpin yang ditakuti namun yang dilakukan adalah mempersiapkan pemimpin yang tangguh dan yang lebih baik darinya dalam bentuk pengkaderan. Dan pemimpin sejati tidak menciptakan pengikut. Mereka menciptakan lebih banyak pemimpin (Phil Dourado dan Phil Blackburn, 2009: 1).

E. Mengetahui Visi dan Misi Organisasi yang Dipimpinnya
Setiap pemimpin harus memahami visi dan misi organisasinya. Visi mengandung pesan spirit dan bersifat abstrak. Dan misi adalah realisasi dari visi, lebih operasional dan konkrit. Organisasi tanpa visi ibarat manusia tanpa ruh. Tak jelas arah dan tidak mempunyai pijakan. Tidak memiliki cita-cita luhur. Tanpa misi yang jelas maka arah organisasi dan tujuan mengambang, kinerjanya menjadi tidak terukur.
Pemimpin harus mengetahui benar makna dari visi organisasinya. Misi organisasi kemudian menjadi tema operasional yang agenda kerjanya dapat terwujud dalam rencana strategis ataupun action plan. Dengan berpedoman pada visi dan misi maka semua bentuk kegiatan organisasi tidak boleh menyimpang dari dua hal tersebut. Penyimpangan pada visi dan misi merupakan bentuk penghianatan organisasi. Visi sifatnya permanen, namun misi suatu saat dapat direkonstruksi sesuai dengan dinamika internal dan eksternal organisasi.

0 comments:

About Me

My photo
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Saya adalah seorang pendidik, alumni pasca sarjana dalam bidang pemikiran pendidikan. Essay-assay saya dipublikasikan di Kompas Jateng, Suara Merdeka, Gerbang, Rindang, Media Pembinan, detik.com, okezone.com Pernah Menjuarai penulisan ilmiah kelompok guru di harian Kedaulatan Rakyat, menjadi finalis lomba inovasi pembelajaran di UNNES, dan menjadi pemakalah terpilih dan pembicara dalam Konferensi Guru Indonesia tahun 2007. Tahun 2008 menjadi pemakalah dalam International conference on lesson study di Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2009 terpilih sebagai penerima dana bantuan penulisan dari PUSBUK. Tahun 2010 menjadi pemenang harapan 3 lomba media pembelajaran tingkat nasional .Buku: 1. Kebijakan Publik Bidang Pendidikan.2. Profil Guru SMK Profesional 3. Editor buku Sejarah Kebudayaan Islam