Pemimpin yang Hebat

Pemimpin yang sukses, yang hebat, dan yang baik tidak muncul secara kebetulan. Pemimpin yang hebat dan sukses adalah pemimpin yang senantiasa menghayati karir kepemimpinan, pemimpin yang senantiasa mau untuk berproses. Pemimpin yang sukses senantiasa berupaya menciptakan dan mengambil langkah inspiratif dan menarik dari orang-orang yang dipimpinnya.
Setiap pemimpin ingin menjadi pemimpin yang terbaik. Namun tidak semua pemimpin memiliki kiat dan instrumen untuk menjadi pemimpin yang terbaik. Mungkin banyak pemimpin yang mengklaim bahwa dirinya adalah pemimpin terbaik, namun itu hanyalah klaim pribadi sehingga ada kemungkinan salahnya.
Harry Purnama, dkk. (2009:7) memberi kiat-kiat untuk menjadi pemimpin yang hebat, pertama; tingkatkan pengaruh Anda secara luar biasa, jangan tanggung-tanggung, kedua; Anda harus lebih bermanfaat (amanah) kepada banyak orang dalam tim Anda, melangkahlah lebih, dan ketiga; lakukanlah langkah nyata, Anda harus berubah, mencintai pekerjaan Anda lebih baik lagi dan cintailah tim kerja Anda lebih baik lagi hari ini.
Pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang dapat bekerja secara efektif dengan mempertimbangkan sisi-sisi kemanusiaan bagi orang-orang yang dipimpinnya sebagai wujud pelayanan dari seorang pemimpin.
A. Pemimpin yang Efektif
Efektif sering diartikan tepat sasaran. Dapat pula sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pemimpin yang efektif berarti pemimpin yang dapat merealisasikan secara tepat tujuan dari organisasi yang dipimpinnya. Dalam perkembangannya pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang berorientasi baik pada hubungan antarmanusia (stakeholder organisasi) maupun pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan kata lain kepemimpinan tidak akan efektif, tidak akan mudah mencapai tujuan jika hubungan antaranggota tidak harmonis dan terpecah belah.
Ada beberapa kiat untuk menjadi pemimpin yang efektif, antara lain:
1. Berilah ruang aktualisasi bagi orang-orang yang Anda pimpin. Anggota dalam suatu kelompok organisasi akan termotivasi untuk berprestasi jika Anda memberi ruang untuk beraktualisasi berkaitan dengan tugas yang harus dikerjakan. Aktualiasi dalam tugas akan memberi kepuasan bagi anggota kelompok yang mengerjakannya. Pemimpin harus mempelajari bagaimana teknik dan metode agar anggota kelompok dapat beraktualisasi dengan baik. Hasil penelitian M. Scott Myers (Thomas Gordon, 1995: 29-30) menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Karyawan akan termotivasi jika pekerjaan bersifat menantang, artinya memungkinkan si pelaku merasa berhasil, merasa bertanggung jawab, merasa berkembang, merasa maju, merasa menikmati pekerjaan itu sendiri, dan memperoleh pengakuan.
b. Karyawan tidak puas bukan pada pekerjaan itu sendiri, namun karena faktor lain seperti aturan kerja, waktu istirahat, hak kesenioran, upah, dan tunjangan.
c. Karyawan tidak puas terjadi saat kesempatan untuk untuk meraih prestasi yang berarti dihilangkan.
Seorang pemimpin yang miskin motivasi akan membuat anggota organisasi merasa hambar dan tidak memiliki ruh.
2. Pandai-pandailah dalam menempatkan diri dalam organisasi yang Anda pimpin. Pemimpin yang efektif harus bersikap sedemikian sehingga ia dipandang hampir seperti anggota kelompok yang lain; dan pada saat yang sama harus membantu anggota kelompok agar mereka merasa bebas (tidak inferior). Kepemimpinan tidak akan efektif jika pemimpin sangat eksklusif dan memandang relasi dengan anggota kelompoknya sebagai hubungan buruh dengan majikan.
3. Anda harus mendengarkan suara anggota dari orang-orang yang Anda pimpin. Keterampilan dan kemauan untuk mendengarkan merupakan bagian dari human relationship seorang pemimpin. Adanya kemauan mendengarkan keluhan, amarah, dan pengaduan adalah bukti Anda berempati kepada orang-orang yang Anda pimpin. Jika Anda sudah terbiasa dan memiliki keterampilan mendengarkan, maka Anda akan memperoleh input yang berharga untuk mengefektifkan kinerja Anda. Bahkan Anda sangat berpeluang memecahkan masalah pribadi anggota yang Anda pimpin. Anda akan cepat meredam kemarahan anggota secepat kemunculan amarahnya. Manfaat lain dari keterampilan mendengarkan adalah menghilangkan praduga-praduga dari anggota yang mungkin Anda pandang stereotip. Anda akan menyadari bahwa salah satu anggota yang Anda pimpin tidak seburuk yang Anda duga.
4. Pandai-pandailah mengelola keunggulan anggota Anda. Anda harus memiliki keyakinan bahwa setiap orang memiliki potensi, keberadaan selanjutnya tergantung bagaimana Anda sebagai pemimpin mengelolanya. Anda harus pandai-pandai mengatur posisi dan job anggota Anda. The right man on the right job harus Anda praktikkan.
5. Jadilah fasilitator pemecah masalah. Pemimpin tidak harus memecahkan masalahnya sendirian, cukuplah ia menjadi fasilitator pemecah masalah bagi orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin harus menyadari bahwa pemecahan masalah merupakan sebuah proses. Agar proses pemecahan masalah dapat efektif diperlukan enam langkah pemecahan masalah yang meliputi:
a. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah
b. Membuat pemecahan-pemecahan alternatif.
c. Mengevaluasi pemecahan – pemecahan alternatif.
d. Pengambilan keputusan
e. Pelaksanaan keputusan
f. Mengevaluasi pemecahan yang telah dilaksanakan (Thomas Gordon, 1994: 52).
6. Buatlah team building. Anda tidak mungkin memikirkan semua masalah dan tugas organisasi sendirian. Anda membutuhkan team building agar pekerjaan dapat dipikirkan oleh tim Anda. Adanya tim dalam organisasi Anda dalam jangka panjang akan memberi banyak manfaat antara lain: pendewasaan staf Anda, adanya pengurangan ketergantungan staf dan anggota kelompok dari Anda sebagai pemimpin, sasaran kelompok yang semakin jelas, luluhnya perbedaan status antara anggota dan Anda sebagai pemimpin, adanya ruang aktualisasi, dan meningkatnya kualitas keputusan yang diambil karena adanya kolektifitas pikiran dan ide dari tim yang Anda bentuk.
7. Anda harus fokus dan total. Menjadi seorang pemimpin harus fokus dan total, apalagi jika Anda baru pertama kali menjadi seorang pemimpin. Anda harus fokus pada tugas Anda dan menjalankan tugas dengan sepenuh hati (total). Jika Anda hanya setengah-setengah maka Anda tak ubahnya sebagai half leader (setengah pemimpin). Half Leader merupakan sosok pemimpin yang tidak utuh, sekedar berorientasi pada profit, tetapi tidak memiliki kedekatan dengan timnya. Harry Purnama, dkk. (2009: 41-44) membagi half leader dalam tiga kategori yakni:
a. Pemimpin tidak mengerti makna kepemimpinannya (tipe keledai).Tipe pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang tidak tahu akan kemana arah organisasinya. Berorientasi jangka pendek dan miskin inovasi dan kreasi.
b. Pemimpin tidak memiliki moral sebagai leader (tipe singa). Tipe pemimpin singa adalah pemimpin yang mengutamakan dirinya sendiri, egois, mau sukses sendiri, dan tidak segan-segan menyingkirkan pesaingnya.
c. Pemimpin tidak memiliki jiwa melayani sebagai leader (tipe ular). Pemimpin tipe ular hanya memikirkan target, tak ambil peduli dengan anggota yang ia pimpin. Ia suka memaksa anggota mengerjakan apa yang ia maui tanpa memedulikan situasi dan kondisi.
8. Memimpinlah dengan attitude yang baik. Pemimpin akan dapat memimpin dengan efektif jika ia senantiasa mengedepankan sikap positif dan menjauhi sikap negatif. Jika Anda menginginkan anggota yang Anda pimpin bekerja keras, jujur,bertanggung jawab, dan peduli maka Anda harus tunjukkan sikap demikian terlebih dahulu kepada anggota Anda dulu. Dan jika Anda ingin anggota yang Anda pimpin jauh dari sikap negative seperti malas, curang, kerja seenaknya, dan sikap tidak terpuji lainnya maka Anda harus menjauhkan diri Anda dari perilaku demikian sebelum Anda meminta kepada anggota yang Anda pimpin.

B. Pemimpin yang Humanis
Mengapa pemimpin harus humanis?. Jawabannya jelas, yang ia pimpin adalah manusia, bukan mesin. Manusia tidak boleh diperlakukan secara mekanistik karena mematikan daya kritis, kreatif, dan inovatif. Manusia yang mekanis tidak akan berkembang. Menuhankan juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis).
Memang dalam sebuah organisasi setiap anggota memiliki task (tugas) yang disajikan dalam matrik kerja ataupun job diskripsi. Pekerjaan tersebut memang harus dikerjakan dengan tuntas dan baik. Namun proses pengerjaan oleh anggota kelompok tidak boleh seperti kerja mesin yang selalu dituntut terus-menerus, diforsir, dan diperas tenaganya tanpa terurus sisi kemanusiaannya.
Yang perlu diperhatikan oleh pemimpin adalah terselesaikannya pekerjaan dengan baik jika orang yang mengerjakan tersebut terurus dengan baik, dan berlaku sebaliknya, jika orang yang mengerjakan tidak terurus dengan baik maka pekerjaan tidak akan terselesaikan dengan baik.
Mengurus kesejahteraan lahir dan batin orang yang dipimpin adalah sebuah bentuk humanisasi. Pemimpin yang humanis adalah pemimpin yang mampu memenuhi kebutuhan anggota yang dipimpinnya. Pemimpin harus memikirkan gaji agar orang-orang yang dipimpinnya dapat hidup layak, pemimpin harus memperhatikan kenaikan pangkat dan jabatan jika ada anggota yang pantas dan sudah waktunya, pemimpin harus merotasi orang-orang yang dipimpinnya agar tidak jenuh dan mendapatkan tantangan dan pengalaman baru, bahkan pemimpin harus melahirkan pemimpin baru dari anggota yang dipimpin jika memang sudah waktunya dan layak untuk menjadi pemimpin berikutnya.
C. Memenuhi Harapan Bagi orang yang Dipimpinnya
Selain terpenuhinya kebutuhan karyawan seperti gaji dan ruang untuk beraktualisasi, anggota dalam sebuah organisasi juga memiliki harapan tentang pemimpin mereka. Satu-satunya faktor yang ingin dilihat oleh sebagian besar karyawan pada pemimpin mereka adalah inspirasi (Phil Dourado & Phil Blackburn, 2009:1).
Adapun ciri-ciri pemimpin yang menginspirasi menurut Phil Dourado & Phil Blackburn ( 2009;18-19) adalah:
1. Fokus strategis yang tajam: bekerja berdasarkan sumber daya yang benar-benar dimiliki untuk menambah niali riil
2. Pemikir lateral: menggunakan sudut pandang yang luas, menggunakan pengalaman di luar sektor mereka sendiri.
3. Visi dan komunikasi; visi yang fokus pada konsumen tentang arah bisnisnya dan mampu mengkomunikasikannya dengan baik.
4. Berprinsip; berkomitmen, berani, percaya diri, meskipun dengan cara yang tenang.
5. Refleksif; senantiasa belajar, mau dikritik sebagai bahan refleksi diri.
6. Pengambil resiko; berani mengambil resiko dengan perhitungan yang matang.
7. Mudah ditemui; memiliki waktu untung sharing dengan anggota atau karyawan.
8. Menghargai sikap; mempercayai bahwa tanpa motivasi dan sikap yang benar tujuan organisasi tidak akan mudah dicapai.

1 comments:

Anonymous said...

ini merupakan tulisan yang sangat bagus, dan banyak sekali ispirasi dan motivasi di dalamnya.. luar biasa.

About Me

My photo
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Saya adalah seorang pendidik, alumni pasca sarjana dalam bidang pemikiran pendidikan. Essay-assay saya dipublikasikan di Kompas Jateng, Suara Merdeka, Gerbang, Rindang, Media Pembinan, detik.com, okezone.com Pernah Menjuarai penulisan ilmiah kelompok guru di harian Kedaulatan Rakyat, menjadi finalis lomba inovasi pembelajaran di UNNES, dan menjadi pemakalah terpilih dan pembicara dalam Konferensi Guru Indonesia tahun 2007. Tahun 2008 menjadi pemakalah dalam International conference on lesson study di Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2009 terpilih sebagai penerima dana bantuan penulisan dari PUSBUK. Tahun 2010 menjadi pemenang harapan 3 lomba media pembelajaran tingkat nasional .Buku: 1. Kebijakan Publik Bidang Pendidikan.2. Profil Guru SMK Profesional 3. Editor buku Sejarah Kebudayaan Islam