Ningrat atau Umum ?!

Macarin kamu, enggak jauh beda dengam main ludruk. Pake nanya silsilah. Golongan darah. Ningrat atau umum?.
Itulah sepenggal bait lagu dari grup musik cadas Jamrud. Lagu tersebut menceritakan seorang laki-laki yang mengeluh karena pada saat berkunjung ke rumah kekasihnya ditanya perihal status dan latar belakang hereditas dirinya. Dalam konteks tradisi Jawa bertanya tentang bobot, bibit, lan, bebet adalah perihal yang wajar.
Bobot, bibit, lan bebet merupakan simbul kesetaraan status antara pihak laki-laki dan pihak perempuan. Perbedaan status yang menyangkut bobot, bibit, lan bebet tidak jarang menjadi penghalang relasi kedua pihak. Dulu, laki-laki yang statusnya tidak sepadan dengan pihak perempuan tidak akan berani mendekat, dan sebaliknya pihak perempuan yang karena statusnya merasa sangat jauh tidak jarang menolak pinangan dari pihak lelaki. Perempuan dan keluarganya pada zaman dulu pandai berkaca diri, tidak ingin dibilang kere munggah mbale. Lalu bagaimana konteks ningrat dalam lagu Jamrud di masa kekinian?.
Lagu yang berjudul “Ningrat” memang sangat populer di kalangan remaja pecinta musik rock, apalagi lagu tersebut diciptakan pada saat Jamrud berada di puncak kariernya. Lagu tersebut sejatinya sebuah metafor yang berlaku secara universal, tidak sebatas hubungan seorang laki-laki dan keluarga sang kekasih.
Lagu tersebut semakin menegaskan bahwa di dunia post modern yang dibidani oleh globalisasi ini kekuatan, track record, dan jaringan yang baik harus dimiliki oleh setiap individu. Tanpa kombinasi ketiga unsur tersebut, individu tidak akan tumbuh dan berkembang secara maksimal.
Individu tidak cukup hanya memiliki kekuatan saja, ekonomi yang kuat tidak akan memberi kontribusi maksimal jika individu tersebut tidak memiliki track record yang bagus. Track record yang bagus tanpa didukung kekuatan materi dan politis tidak akan memberi kontribusi yang maksimal bagi individu yang akan menduduki jabatan publik tertentu. Begitu pula dengan net working yang sangat penting dalam dunia global ini. Kemampuan seseorang dalam memanfaatkan net working akan sangat membantu dalam orientasi karier dan kekuasaannya. Barack Obama adalah contoh nyata bagaimana ia dapat memanfaatkan net working melalui dunia maya dalam kampanye pemilihan presiden.
Dalam konteks kekinian, ningrat kini telah bergeser makna. Ningrat bukan lagi melulu soal keturunan, bukan soal kasta, namun telah bergeser pada status ekonomi. Ningrat kini lebih tepat dimaknai sebagai kaum borjuis. Konsep pergeseran nilai ini gayut dengan inti globalisasi 3,0 di mana seseorang tidak lagi dilihat dari keturunan siapa namun lebih pada kualitas diri, kualitas ekonomi, dan kualitas lain yang melekat dalam diri individu.
Kasta “Ningrat” dalam praksis pendidikan
Semua sudah maklum bahwa dunia pendidikan tidak lepas dari kastanisasi. Berbeda dengan zaman kolonial dimana kastanisasi benar-benar merupakan dikotomi antara sekolah ningrat dan sekolah rakyat, kastanisasi pendidikan di zaman ini lebih pada soal status ekonomi. Maka sekolah yang muncul adalah sekolah biasa dan sekolah elit, sekolahnya anak-anak orang tajir.
Merebaknya kastanisasi pendidikan tak lepas dari pemikiran komodifikasi pendidikan. Pendidikan telah masuk dalam wilayah pasar. Dan sebagaimana dalam pasar pada umumnya, muncul permintaan dan penawaran, dan menuhankan prinsip ekonomi adalah hal yang pasti. Semuanya diukur dengan keuntungan dibalik simbul-simbul pelayanan dan prestasi belajar.
Simbul-simbul lembaga pendidikan atau yang lebih dikenal dengan labelisasi pendidikan merupakan instrumen yang menjadi daya tarik sendiri bagi calon siswa dan orang tua siswa. Label RSSN, RSBI, dan SBI seakan-akan menjadi jaminan mutu sekaligus tingkatan kasta tersendiri. Orang tua akan merasa bangga jika anaknya masuk dalam kasta pendidikan tersebut. Semakin tinggi kasta yang dipilih semakin bangga pula orang tua siswa. Pada label apa anaknya sekolah sekaligus menjadi gambaran tingkat ekonomi orang tua siswa. Orang tua siswa seolah-olah telah menduduki kasta “ningrat” dan tentu merasa borju jika anaknya masuk sekolah elit.
Kastanisasi pendidikan pada kenyataannya juga di back up oleh pemerintah. Indikatornya adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah dengan memperhatikan status atau label sekolah. Sekolah SBI memperoleh bantuan yang lebih besar dibanding sekolah lain karena SBI merupakan kasta tertinggi. Dan ujung-ujungnya adalah pengelola sekolah sibuk bermetamorfosa untuk merubah kasta sekolahnya.
Lalu bagaimana dengan sekolah lain yang belum memiliki label?. Sekolah-sekolah yang masuk kategori sekolah biasa juga tidak tinggal diam. Sekolah biasa membuat label sendiri. Ada yang menamakan sekolah terpadu, sekolah plus, dan lain sebagainya. Sekolah-sekolah tersebut mengklaim sebagai sekolah unggul.
Kastanisasi sekolah sejatinya berpotensi mengkotak-kotakkan siswa sebagai manusia pembelajar. Siswa yang sekolah pada kasta tinggi merasa menjadi kaum elit dan siswa yang sekolah pada sekolah biasa-biasa saja merasa terpinggirkan.
Diakui atau tidak kesenjangan antara sekolah elit dan sekolah yang biasa begitu nampak jelas terlihat. Secara gampang dapat dilihat dari besarnya jumlah uang untuk masuk sekolah dan SPP setiap bulannya. Uang pangkal sekolah elit pada tingkat SMA dapat digunakan untuk membiayai sekolah selama tiga tahun pada SMA dengan kategori biasa-biasa saja.
Dengan kenyataan seperti ini maka setiap orang dapat mengukur diri ketika akan menyekolahkan anaknya. Kini praksis pendidikan tak ubahnya dengan main ludruk. Ningrat atau umum?!

0 comments:

About Me

My photo
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Saya adalah seorang pendidik, alumni pasca sarjana dalam bidang pemikiran pendidikan. Essay-assay saya dipublikasikan di Kompas Jateng, Suara Merdeka, Gerbang, Rindang, Media Pembinan, detik.com, okezone.com Pernah Menjuarai penulisan ilmiah kelompok guru di harian Kedaulatan Rakyat, menjadi finalis lomba inovasi pembelajaran di UNNES, dan menjadi pemakalah terpilih dan pembicara dalam Konferensi Guru Indonesia tahun 2007. Tahun 2008 menjadi pemakalah dalam International conference on lesson study di Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2009 terpilih sebagai penerima dana bantuan penulisan dari PUSBUK. Tahun 2010 menjadi pemenang harapan 3 lomba media pembelajaran tingkat nasional .Buku: 1. Kebijakan Publik Bidang Pendidikan.2. Profil Guru SMK Profesional 3. Editor buku Sejarah Kebudayaan Islam