Ikhwal Kepemimpinan

A. Pendahuluan
Setiap orang adalah pemimpin, paling tidak pemimpin bagi dirinya sendiri. Orang tua adalah pemimpin bagi anak-anaknya. Guru adalah pemimpin bagi murid-muridnya.
Dalam kajian ilmu sosial, manusia adalah “makhluk sosial-ekonomi”. Pandangan ini menegaskan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang luas, tidak semata-mata yang berkaitan dengan ekonomi semisal upah atau keuntungan finansial lainnya, tetapi manusia juga butuh akan penerimaan diri oleh lingkungan sosialnya, butuh prestasi, interaksi, dan juga pengakuan. Pandangan ini sejalan dengan hirarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow yang terdiri atas kebutuhan fisik, keamanan, penerimaan, harga diri, dan aktualisasi diri.
Seseorang yang telah tercukupi kebutuhan fisiknya akan membutuhkan keamanan hidupnya. Ketika kedua kebutuhan tersebut dipenuhi dengan baik maka seseorang akan bergaul dengan lingkungan dengan melakukan penyesuaian diri agar diterima oleh komunitas di sekitarnya. Ketika kebutuhan ketiga tersebut sudah terpenuhi maka hirarki keempat akan diraihnya. Begitu seterusnya hingga kebutuhan puncak yakni aktualisasi diri akan direngkuhnya jika semua hirarki di bawahnya telah dicapai.
Tidak semua komunitas menyediakan ruang bagi seseorang untuk mengaktualisasikan diri, karena pada dasarnya aktualisasi diri erat kaitannya dengan persaingan. Seseorang yang gagal beraktualisasi diri dalam satu komunitas akan mencobanya dikomunitas lainnya.
Menjadi pemimpin adalah bentuk aktualisasi diri yang diperjuangkan oleh orang-orang yang mapan dalam kelima hirarki. Dengan demikian menjadi pemimpin hakikatnya adalah sebuah kebutuhan.
B. Makna Pemimpin
Untuk menjadi seorang pemimpin yang berkualitas seseorang terlebih dahulu harus mengetahui apa makna pemimpin itu sendiri. Mengerti akan makna pemimpin itu penting agar dapat menjiwai peran yang akan diembannya. Tanpa mengetahui maknanya maka seorang pemimpin tidak tahu apakah yang dilakukan atau keputusan yang diambil benar atau salah, efektif atau tidak, dan lain sebagainya.
Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata leader. Gary A. Yulk (Nurkholis, 2002: 153) mendefinisikan kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Darmo Budi Suseno (2009: 69) mendefinisikan pemimpin sebagai orang yang memiliki pengaruh terhadap orang disekitarnya, perbuatannya, perkataannya, maupun tingkah lakunya yang dilandasi suatu prinsip tidak peduli prinsip tersebut benar atau salah. Sedangkan Ari Retno Habsari (2008, x-xi) mendefinisikan pemimpin dengan beberapa makna yakni; sebagai seseorang yang memimpin dan menunjukkan jalan, seseorang yang menunjukkan jalan, arah dan komando, seseorang yang mempengaruhi sikap dan tindakannya dari yang lainnya, seseorang yang orang lain ingin mengikutinya, dan seseorang dengan kemampuan untuk memotivasi orang lain untuk menghasilkan.
Pemimpin berbeda dengan manajer. Pemimpin menekankan pada kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain. Pemimpin kemunculannya karena ditunjuk oleh orang atau organisasi yang hierarkinya lebih tinggi, dan dapat pula karena diangkat oleh orang-orang dalam komunitasnya. Sedangkan manajer ditunjuk dan memiliki legitimasi untuk memberi penghargaan dan atau hukuman pada pengikutnya karena otoritas formal yang dimilikinya, bukan karena kemampuannya.
Hadari Nawawi dan M. Martini (Nurkolis, 2002: 159) menyatakan bahwa pemimpin memiliki karakteristik sebagai berikut, (1) pemimpin memikirkan organisasinya dalam jangka panjang, (2) pemimpin memikirkan organisasi secara lebih luas baik menyangkut kondisi internal, eksternal maupun kondisi global, (3) pemimpin mempengaruhi pengikutnya sampai diluar batas kekuasaannya, (4) pemimpin menekankan pada visi dan nilai-nilai yang tidak tampak, mempengaruhi pengikutnya secara tidak rasional dan elemen-elemen tak sadar lainnya dalam hubungannya antara pemimpin dan pengikut, (5) pemimpin memiliki keterampilan politik untuk menguasai konflik yang terjadi diantara pengikutnya, dan (6) pemimpin berfikir dalam upaya memperbaiki organisasinya.
Adapun perbedaan pemimpin dan manajer menurut Nurkolis (2002: 160) antara lain, (a) pemimpin tidak selalu berada dalam sebuah organisasi, sedangkan manajer selalu dalam organisasi tertentu baik formal maupun nonformal, (b)pemimpin dapat ditunjuk atau diangkat oleh anggotanya, sedangkan manajer selalu ditunjuk. (c) pengaruh yang dimiliki pemimpin karena dimilikinya kemampuan pribadi yang lebih dengan yang lain, sedangkan pengaruh yang dimiliki manajer karena dimilikinya otoritas formal (d) pemimpin memikirkan organisasi secara lebih luas dan jangka panjang sedangkan manajer berfikir jangka pendek dan sebatas tugas dan tanggung jawabnya, (e) pemimpin memiliki keterampilan politik dalam menyelesaikan konflik, sementara manajer menggunakan pendekatan formal-legal, (f) pemimpin berfikir untuk kemajuan dn organisasi secara luas, sementara manajer berfikir untuk kepentingan diri dan kelompoknya secara sempit, dan (g) pemimpin memiliki kekuasaan secara lebih luas, sedangkan manajer hanya memiliki wewenang saja.
Dari beberapa perbedaan tersebut di atas, perbedaan utama terletak pada orientasi pengaruh, jika pemimpin orientasinya pada memengaruhi orang-orang untuk mengikuti dirinya, sedangkan manajer berorientasi pada bagaimana mempertahankan sistem dan proses.
Melihat dari definisi dan peran dari seorang pemimpin jelaslah bahwa pemimpin itu haruslah orang yang memiliki kapasitas lebih dibanding orang yang dipimpinnya. Maka calon pemimpin idealnya merangkak dari bawah karier kepemimpinannya sehingga menguasi betul apa yang harus dikerjakan, apa yang harus diputuskan, dan otoritas apa yang dimilikinya.
Dengan membangun karier dari bawah maka seorang pemimpin mengetahui betul seluk beluk deskripsi tugas dari setiap seksi atau departemen sehingga dapat tegas dan cerdas dalam menghadapi dinamika organisasi yang dipimpinnya.

C. Fungsi Pemimpin
Pemimpin diangkat atau ditunjuk oleh kelompok orang atau organisasi karena memiliki kemampuan lebih dibanding yang lain dengan harapan mampu menggerakkan, mampu mengembangkan, dan mampu menumbuhkan organisasi itu sendiri yang secara langsung akan meningkatkan kualitas anggotanya. Menjalankan tugas kepemimpinan sama halnya dengan menjalankan fungsi kepemimpinan.
Dalam agama Kristen ada tujuh tanggung jawab pemimpin yakni sebagai teladan, hamba, pendeta, guru, penilik, penasihat, dan pendoa (Stewart Dinnen, 2009: 3). Stephen Covey (Muhammad Syafii Antonio, 2007;20) menyatakan ada empat fungsi pemimpin (the 4 roles of leadership) yakni sebagai perintis (pathfinding), penyelaras (aligning), pemberdaya (empowering), dan panutan (modeling).
Fungsi pemimpin sebagai perintis (pathfinding) menekankan pada bagaimana upaya pemimpin untuk memahami dan memenuhi kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya, merealisasikan visi dan misi organisasi, dan mengatur strategi untuk ketercapaian visi dan misi organisasi.
Fungsi pemimpin sebagai penyelaras (aligning) tak ubahnya sebagai conductor dalam sebuah konser musik. Kepiwaian mengolah semua potensi yang ada agar sinergi dan member energi bagi organisasi yang dipimpinnya merupakan bagian penting dari fungsi pemimpin sebagai penyelaras (aligning).
Fungsi pemimpin sebagai pemberdaya (empowering) menekankan pada kepiawaian pemimpin memahami berbagai tugas yang harus diembannya, memahami tugas-tugas apa yang dapat didelegasikan pada orang-orang disekelilingnya, serta memahami betul alat dan instrumen untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam organisasi yang ia pimpin.
Fungsi pemimpin sebagai panutan (modeling) menekankan bagaimana seorang pemimpin dapat menjadi panutan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Bagaimana pemimpin berkomitmen pada apa yang sudah dikatakan, bagaimana cara berperilaku dan beretika, dan konsistensi pemimpin merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dalam mengemban fungsinya sebagai panutan (modeling).
D. Kepribadian Pemimpin
Dalam kajian psikologi, kepribadian merupakan bidang kajian yang menarik dan diulas oleh banyak psikolog. Faktor penyebabnya adalah bahwa kepribadian seseorang itu unik, seperti tak seorang lainpun. Wilayah kajian kepribadian meliputi struktur kepribadian, proses (dinamika kepribadian), pertumbuhan dan perkembangan, psikopatologi, dan perubahan tingkah laku.
Kepribadian pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap model kepemimpinannya. Bayangkan jika Anda memiliki pemimpin yang temperamen, mudah marah, atau pemimpin yang up and down, Tentu Anda tidak akan nyaman, bahkan Anda merasa tidak memiliki pemimpin sehingga suasana organisasi menjadi kering, gersang, dan miskin uswah. Anda pasti akan merasa badmood ketika akan pergi ke kantor karena bayangan suasana yang tidak mengenakkan. Jika Anda ditakdirkan memiliki pemimpin yang demikian maka Anda harus sabar dan positif thinking. Anda harus sadar bahwa kepribadian itu unik.
Karena kepribadian itu unik, maka cara memimpin seseorang tentu akan unik juga. Kepribadian pemimpin erat kaitannya dengan karakter pemimpin. Pemimpin yang peragu, penakut, tidak percaya diri, dan tidak berani mengambil risiko akan berdampak stagnasi pada organisasi yang dipimpinnya, namun sebaliknya, pemimpin yang nekat dan kurang perhitungan juga sangat membahayakan bagi kelangsungan organisasi yang dipimpinnya.
Pada prinsipnya, seorang pemimpin harus memiliki integritas kepribadian yakni sebuah karakter yang dilandasi etika, agama, dan moral. Dengan memiliki karakter yang kuat dengan bersendikan norma maka pemimpin tersebut menjadi pemimpin yang kuat karena memiliki ambisi tinggi dengan visi yang jelas, stabil sepanjang waktu (tidak up and down), memiliki penguasaan diri yang tinggi (tidak sensitif dan mudah terombang-ambing), serta berorientasi pada prestasi.
Warren Bennis ((Muhammad Syafii Antonio, 2007:23) menekankan pada pentingnya enam sifat-sifat dasar kepemimpinan yang meliputi ; visioner (memiliki ide yang jelas tentang apa yang diinginkannya), berkemauan kuat (passion) yakni mencintai apa yang dikerjakan, sungguh-sunggguh dalam bertindak, integritas yakni teguh dalam memegang prinsip, amanah (terpercaya), rasa ingin tahu, dan berani mengambil resiko dan bereksperimen.
Dengan kekuatan kepribadian tersebut di atas, maka pemimpin akan mendapat apresiasi yang tinggi dari orang-orang yang dipimpinnya. Apresiasi yang tinggi dari orang-orang yang dipimpinnya akan memudahkan pemimpin untuk memengaruhinya sehingga kepemimpinannya akan efektif. Dengan demikian kepribadian sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya seorang pemimpin.
E. Syarat untuk Menjadi Pemimpin
Pemimpin dipilih karena memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif dibanding orang yang dipimpinnya. Dari definisi tersebut jelaslah syarat mutlak bagi seorang pemimpin adalah memiliki keunggulan dibanding orang-orang disekitarnya. Thomas Gordon (1994;21) mengistilahkannya dengan prinsip “cangkir yang penuh”. Dalam prinsip “Cangkir yang penuh” maka pemimpin harus dapat memberi kepada orang lain (memperbolehkan orang lain minum dari cangkir saya), minuman dalam cangkir saya harus penuh dan saya mempunyai cara untuk mengisi kembali cangkir itu (agar cangkir saya senantiasa penuh).
Syarat berikutnya untuk menjadi pemimpin adalah memiliki integritas kepribadian yang mantap. Darmo Budi Suseno (2008:9) menyebutnya dengan istilah softskills. Softskills lebih mengarah kepada kecakapan personal, baik yang intrapersonal maupun yang interpersonal. Kecakapan intrapersonal lebih pada pengembangan diri ke dalam, pengelolaan potensi diri, pengendalian diri, kecerdasan emosi, dan pengolahan diri secara total. Sedangkan kecakapan interpersonal lebih mengarah pada membangun kecakapan dalam membina dan menjaga hubungan dengan orang lain.
Syarat yang ketiga sebagai pemimpin adalah memiliki keterampilan kepemimpinan (Leadership skill) yang meliputi; kemampuan untuk mempengaruhi anggotanya, kemahiran dalam memotivasi anggotanya, mampu mengatur waktu dengan baik, mampu berkomunikasi secara efektif, senantiasa menghargai dan memberi dukungan sportif kepada anggotanya, dan mampu menciptakan ide yang konstruktif.
F. Model-model Pemimpin
Setiap pemimpin adalah individu yang unik dalam banyak hal. Keunikan itu sangat berpengaruh dalam menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin. Model-model pemimpin sering disebut dengan gaya pemimpin atau tipe pemimpin.
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain (Nurkolis, 2002:167). Ada empat tipe atau gaya pemimpin dalam mengambil keputusan (Darmo Budi Suseno, 2009;71) yakni:
1. Kepemimpinan Direktif (Directive Leadership). Sering disebut dengan pemimpin otokratis yang menekankan pada fungsi perintah dari pemimpin kepada pengikutnya.
2. Kepemimpinan Suportif (Supportive Leadership). Pemimpin tipe ini memuaskan pengikutnya karena memberi ruang kepada yang dipimpinnya untuk diskusi, sharing, dan menjelaskan berbagai tugas.
3. Kepemimpinan Partisipasif (Parisipasive Leadership). Pemimpin ini meminta saran-saran dari bawahan dan stakeholder organisasi sebelum mengeksekusi sebuah keputusan atau kebijakan yang akan diambil.
4. Kepemimpinan Orientasi-Prestasi (Achievment-Oriented Leadership). Tipe pemimpin ini sering mengajukan tantangan-tantangan bagi orang-orang yang dipimpinnya untuk meraih prestasi dalam rangka mencapai tujuan organisasinya.
Nasution (2004:200) menambahkan satu lagi tipe pemimpin yakni kepemimpinan situasional. Gaya kepemimpinan ini dikenal pula sebagai kepemimpinan tak tetap (fluid) atau kontingensi. Asumsi dasar gaya kepemimpinan ini adalah bahwa tidak ada satu tipe kepemimpinan yang tepat untuk semua kondisi. Dengan asumsi ini pemimpin akan menggunakan gaya kepemimpinan sesuai dengan kondisi dan setting masalah yang dihadapi.
Sedangkan model kepemimpinan terdiri atas model kepemimpinan partisipasif, transformasional, kharismatik, dan konstruktif. Model kepemimpinan partisipasif dicirikan dengan adanya keikutsertaan pengikut dalam pengambilan keputusan.Kepemimpinan kharismatik dicirikan dengan adanya persepsi dari orang-orang yang dipimpinnya bahwa sang pemimpin memiliki kemampuan yang luar biasa.
Kepemimpinan transformatif menurut Burns (Nurkolis, 2002:172) adalah kepemimpinan dimana pemimpin mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan cara menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral. Adapun cara menimbulkan kesadaran anggotanya dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain menyadarkan akan pentingnya sebuah pekerjaan, menyadarkan bahwa kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi, dan memberi ruang aktualisasi bagi pengikutnya.
Kepemimpinan konstruktif berorientasi pada upaya menciptakan kohesi keterlibatan seluruh komponen dengan merinci area kerja: membagi power (job description), meningkatkan komitmen untuk terus belajar dan tumbuh dalam keterampilan dan pengetahuan, memberi peluang peran dan partisipasi anggota, dan mendistrusikan penghargaan (Depag RI, 1998:25). Kepemimpinan konstruktif dilandasi filsafat konstruktivisme yang memandang bahwa kepemimpinan pada hakikatnya adalah pembelajaran resiprokal yang memperdayakan seluruh partisipasi dalam komunitas guna membentuk suatu pengertian dan kebersamaan dalam mencapai tujuan.
Kepemimpinan konstruktif memiliki empat asumsi dasar yakni:
1. Kepemimpinan bukanlah suatu trait (sifat); kepemimpinan dan pemimpin tidaklah sama.
2. Kepemimpinan adalah tentang pembelajaran yang mengacu kepada perubahan yang konstruktif.
3. Setiap orang memiliki potensi dan hak untuk bekerja sebagai pemimpin.
4. Kepemimpinan adalah suatu shared endeavor (usaha bersama), pondasi bagi demokratisasi dalam sistem.
5. Kepemimpinan menghendaki distribusi power dan outhority.

0 comments:

About Me

My photo
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Saya adalah seorang pendidik, alumni pasca sarjana dalam bidang pemikiran pendidikan. Essay-assay saya dipublikasikan di Kompas Jateng, Suara Merdeka, Gerbang, Rindang, Media Pembinan, detik.com, okezone.com Pernah Menjuarai penulisan ilmiah kelompok guru di harian Kedaulatan Rakyat, menjadi finalis lomba inovasi pembelajaran di UNNES, dan menjadi pemakalah terpilih dan pembicara dalam Konferensi Guru Indonesia tahun 2007. Tahun 2008 menjadi pemakalah dalam International conference on lesson study di Universitas Pendidikan Indonesia. Tahun 2009 terpilih sebagai penerima dana bantuan penulisan dari PUSBUK. Tahun 2010 menjadi pemenang harapan 3 lomba media pembelajaran tingkat nasional .Buku: 1. Kebijakan Publik Bidang Pendidikan.2. Profil Guru SMK Profesional 3. Editor buku Sejarah Kebudayaan Islam